Dear Bunda Sinta Mustaqimah
yang kini Insya Alloh sudah berada di sisiNya.
Beberapa tahun lalu ,
Saat aku sakit sampai tidak bisa berbicara.
Saat aku hanya terbaring lemah dirumah orang tua di Garut.
Perlahan aku merasakan ada tangan-tangan lembut yang mengusap rambutku.
Saat aku membuka mata, ternyata ada dua bidadari.
Engkau dan Ajiku................
Engkau mengelus-elus rambutku dengan lembut.
Engkau bilang kepadaku agar bersabar dengan penyakit ini,
karena sebenarnya ini adalah pengguguran dosa-dosa.
Engkau bercerita banyak hal, lalu kau tidur disampingku.
dan berkata.
"Suatu hari nanti kamu akan menikah, aku ingin ada bersamamu sebelum detik-detik menuju hari pernikahanmu. aku akan tidur bersamamu dimalam sebelum pernikahanmu , seperti ini "Aku mengiyakan, aku terlalu lemah saat itu, hingga tak banyak berbicara padamu.
Saat itu engkau juga bilang bahwa parfume ku wangi, dan engkau mau.
aku bilang nanti akan kubelikan kalau pulang lagi ke Karawang.
Bunda,
Saat itu, sebulan setelah kejadian itu.
Kau bilang, bahwa Engkau sakit.
Engkau dirawat di rumah sakit.
Aku tidak dapat menemanimu disaat sakit seperti itu.
tapi aku berjanji, saat akhir bulan aku pulang, aku akan menengokmu.
Tapi Alloh berkehendak lain Bunda,
hanya sepuluh hari dari hari kau mengabari bahwa dirimu di rumah sakit.
Pagi buta, aku menerima telpon bahwa engkau meninggal.
Aku tidak percaya,
Aku telpon beberapa teman, semua sibuk..
Hingga benar-benar kabar itu pasti,
Engkau telah tiada.
Innalillahi wainnailaihi raajiiun.
Bunda,
mengapa secepat ini kau meninggalkan aku.
meninggalkan keluargamu, meninggalkan sahabat-sahabatmu yang lain.
Engkau ibarat hujan ditengah kekeringan.
Apapun kondisimu, kata-kata bijak melalui lisan dan tulisan mu selalu menentramkan aku.
Senyummu, pelukanmu, nasihatmu.
Itulah mengapa engkau meninggal begitu indah,
teman-teman yang hadir saat pemakamanmu, yang mendengar langsung dari mulut keluargamu bagaimana engkau menyambut kematian mu begitu indah. Semua yang mendengar bergetar bunda, seakan kami ingin meninggal seperti bagaimana caramu.
Ya Alloh Bunda,
Ketika pemakamanmu, yang kudengar dari teman lain nya.
saat seseorang yang turun langsung ke liang lahatmu, untuk membaringkan mu di peristirahatan yang terakhir, seseorang itu menyebut namaku "mana teman nya yang bernama Eka?"...
Itu aku bunda,,,,
aku yang hanya menangis tak henti di karawang.
aku yang mendekap foto mu,
aku yang memegang parfume yang kau inginkan,
yang rencana nya akan kuserahkan padamu saat pulang ke Garut nanti.
aku hanya bisa menangis,
Bunda, secepat inikah kau meninggalkan ku?
Mengapa orang shaleh selalu Alloh ambil lebih cepat.
Bunda, tak ada lagi nasihat-nasihat dari mu.
Tak ada lagi senyum mu , usapan mu.
Aku belum sempat meminta maaf padamu,
Aku terlalu banyak mengeluh padamu,
Aku terlalu banyak menyusahkan mu.
Bunda,
seminggu setelah kepergianmu, engkau mendatangiku lewat mimpi.
Kau datang dengan wajah berseri.
Dan bilang padaku bahwa engkau telah bahagia disana.
engkau kecup keningku dan bilang, insya alloh akan ada kemuliaan untukku. aku tak faham apa maksudmu.
Tetapi itu cukup untuk menjadi penawar rindu padamu.
Bunda,
dua hari lagi insya alloh aku menikah.
Aku masih membayangkan malam sebelum hari pernikahanku salah satunya akan kuhabiskan bersamamu, seperti pintamu.
Tetapi sekarang, engkau telah tenang disisinya.
Tapi aku yakin, engkau akan menemaniku.
Seperti inginmu.
kau selalu berkata
" Barang siapa yang mencintai karena Alloh, menyayangi karena Alloh,
maka suatu hari akan dikumpulkan dalam keadaan yang lebih baik. Insya Alloh "
Bunda,
Maka seperti itu pengharapanku.
Semoga kita bisa berkumpul dalam keadaan yang lebih baik.
Aamiin.
saat 3 tahun, 8 bulan, 6 hari tepat kau meninggalkan kami.
Aku yang merindukanmu,
Eka Trandiani

Tidak ada komentar:
Posting Komentar