Senin, 12 Oktober 2015

Happy Anniversary 1st (surat untuk suamiku)


Autumn....
Ketika setiap hari buat kita adalah perayaan, maka sejatinya bukan tidak ada yang spesial di ulang tahun pernikahan yang ke-1. Tapi bagiku selama bersamamu, maka setiap hari aku merasakan perayaan hebat untuk setiap peristiwa. Cukup chantily saja yang menjadi tanda di Anniversary 1st ini.

Setahun hebat, yang bisa kuhitung hanya 3 hari kau meninggalkan ku... 1 hari ketika kau siaturrahim ke Garut pada Aidil Fitri. 2 Hari ketika aku yang di garut karena Uwa Wiwin meninggal. Ini komitmen kita. Dan kita berhasil menjalankan nya.

Sejak pernikahan kita rencanakan, kita jelas telah sama-sama sepakat untuk meniatkan diri bahwa tujuan pernikahan ini adalah untuk ibadah , mencari berkahNya lewat malaikat-malaikat nyata yaitu orang tua. Tak henti syukurku Alloh hadirkan orang tua dan keluarga yang seia sekata. Hingga 365 hari ini dilalui dengan ridha dari mereka dan akhirnya berkahnya dapat kita rasakan bersama. Bukankah ridhaNya adalah ridha dari Orang Tua? Hubungan menantu-mertua yang alhamadulilah wa syukurillah sangat harmonis. Ketika sama-sama tau dan menempatkan diri di posisi nya masing-masing, keharmonisan lah yang akhirnya di dapat.

Selama pernikahan, Meil tetap di Autumn. Dan Autumn tetap di Meil. Selama kita saling menjaga itu, selamanya akan tetap seperti ini. Mencintai tetap pada posisinya, secukupnya saja. Karena sebenarnya CintaNya lah yang telah menyatukan kita.

Aku hanya menyadari , akulah yang belum nyunnah menjadi seorang istri. Rasulullah bersabda :
"Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita yang kufur."
Ada yang bertanya pada beliau :
"Apakah wanita itu kufur kepada Alloh?"
Beliau menjawab, : "(Tidak , melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami)"

Rabbighfirli,,
Maka tidak akan masuk surga jika kau tidak ridha terhadapku, Suamiku.
Doaku semoga Alloh memanjangkan umurmu, memberikan kesehatan, keselamatan, rejeki yang halal. Dan mohon dimaafkan untuk semua khilafku sebagai istri.

Suamiku,
Ternyata yang membedakan sebelum dan setelah menikah adalah aku menjadi ketergantungan terhadapmu. Terlihat jelas diriku, selama ini dengan segala prinsip, kebebasan dan kemandirian sikapnya, lalu berubah menjadi seperti ini.


Semoga Alloh senantiasa memberikan keberkahan untuk keluarga kecil kita. Dan hadiah terindah di ulangtahun pertama pernikahan kita adalah calon bayi yang ada di dalam rahimku. Semoga Alloh melindunginya sampai dia lahir. Aamiin

Senin, 27 Juli 2015

Pregnant

Saya terinspirasi dari blog sebelah tentang kehamilan pada seorang wanita yang sudah menikah.

Seorang teman saya membagikan sebuah link artikel yang pernah ditulisnya ketika belum melahirkan. Salah satu kalimat yang saya ingat betul adalah hamil itu bukan lomba makan kerupuk, siapa yang paling cepat habis maka dialah pemenangnya. SAYA MENGAMININYA DENGAN SEGALA IMAN KEBERTUHANAN YANG SAYA PUNYA.

Jadi kalau hamil dan melahirkan hanya menjadi ajang “kompetisi” betapa rendah nilai kehadiran anak dalam rumah tangga. Kenapa lu mau punya anak? “Iya soalnya si A yang nikahnya setahun setelah gua udah punya anak. Masa gua belom.” Atau ini, “Gua mau punya anak biar kalau arisan keluarga bisa pamer anak gua.”
Punya anak bukan kaya lomba makan kerupuk yang lu kudu abisin tuh kerupuk cepet-cepet karena kalau ngga sebelah lo yang dapat piala atau duit beberapa ribu perak. Punya anak juga tidak menjamin para mulut “social pressure” akan tersumpal secara otomatis. Percayalah mulut-mulut itu tidak pernah berhenti memamahbiak kata-kata nyinyir. Lalu yang ngga menang kompetisi beranak, apakah kemudian layak disebut pernikahaannya tidak bahagia? Atau sebagai perempuan yang kalah berkompetisi?
Sebelum mulai bertanya yang macam-macam, bayangkanlah ini:
  • Betapa setiap pasangan punya tantangan masing-masing dalam rumah tangganya. Mungkin anak belum menjadi prioritas pasangan itu sekarang. Jadi biarkan mereka merumuskan kebutuhan rumah tangga mereka sendiri.
  • Betapa setiap malam pasangan itu berdoa dengan sepenuh jiwa untuk diberi kesempatan memiliki anak. Jadi janganlah menghakimi dengan seolah menjadi begitu peduli.
  • Betapa setiap pasangan itu sudah keluar-masuk ruangan dokter kandungan dan menjalani berpuluh-puluh kali pemeriksaan untuk membuat sesi sperma berhasil membuahi sel telur. Jadi jangan bebani mereka dengan pertanyaan kapan hamil, karena itu akan mengingatkan proses panjang yang sudah atau sedang dilalui.
  • Bisa jadi pasangan itu punya kondisi yang membuat mereka tidak semudah pasangan lain yang sekali ngeliatin bini langsung jadi anak. Jadi janganlah menggurui.
Terkadang bertanya dalam hening adalah bentuk perhatian yang paling tulus yang diterima setiap pasangan yang tengah bergumul dengan hamil, melahirkan, dan punya anak. Karena setiap berita kehadiran seorang anak adalah berita terindah yang selalu menghadirkan senyum pada semua orang. Tapi bukan berarti ketika berita itu belum dikabarkan atau tidak pernah dikabarkan maka rumah tangga tersebut tidak pernah diliputi senyuman. Saya percaya, misi Tuhan memberikan pasangan pada individu yang diberi karunia menikah bukanlah semata-mata agar beranak saja, tapi juga untuk saling berbagi hidup dengan penuh cinta. Bukankah itu yang menjadi isi dalam perjanjian pernikahan, berbagi hidup dengan penuh cinta.
 Saya mengamininya juga, bukan karena saat itu saya belum hamil. Tapi karena memang terkadang social pressure itu menyakitkan. Saya merasakan beberapa fase nya.
  • - sudah lulus kuliah ,"kapan mulai kerja?"
  • - sudah bekerja , "kapan menikah ?"
  • - sudah menikah , "kapan punya anak? udah isi belum?"
dan ada beberapa yang saya belum merasakan nya tapi mendengarnya saja sudah dapat membayangkan bagaimana rasanya :
  • - sudah punya anak ,"kapan nambah lagi anak nya? atau "tuh anak nya udah minta adek, kapan hamil lagi?"
tapi e tapi,,, belum pernah mendengar yang nanya : " kapan meninggal ?"
Padahal bukan kah "jodo, rejeki, pati, bagja , cilaka kersaning Alloh" . berarti itu tandanya bahwa urusan jodoh, rizki, mati, hidup, itu hanya Alloh yang menentukan. Bahkan kita sudah bisa memahami bahwa pertanyaan "kapan meninggal?" itu tidak seharusnya diucapkan karena menghargai orang yang ditanya. Nah seharusnya untuk urusan jodo, rejeki, pati, bagja, cilaka juga seperti itu.

Namun, saya menyadari bahwa semua pertanyaan-pertanyaan seperti juga jadi tekanan buat kita.
Karena mungkin orang yang bertanya tidak ada maksud apa-apa. Apaagi yang bertanya adalah keluarga sendiri, ibu, bapak, kakek, nenek yang mungkin memang selalu ingin mendengar dan melihat anak-anak, cucu-cucunya bahagia, makanya mereka bertanya seperti itu.
Tetapi untuk kita, terutama saya sendiri yang juga pernah merasakan social pressure. Mungkin banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Seperti memilih kata yang pas, atau mungkin membahas hal lain yang lebih universal. Bisa mungkin membicarakan masalah pendidikan di tempat masing-masing, pekerjaan, kegiatan positif, atau mungkin menanyakan masalah cuaca atau yang lain.

Karena ini saya berfikir , saya juga sempet jadi orang yang bertanya seperti itu. Pernah saya ketemu teman yang sudah lama tidak bertemu, dia sudah menikah 3 tahun. Pas ketemu, saya spontan nanya :"Eh, udah isi belum?", teman saya langsung diam dan berubah ekspresi mukanya. Saya jadi serba salah. Makanya setelah itu mulai untuk berhati-hati kalau bertanya masalah yang sebenarnya hanya Alloh yang berhak untuk itu semua.

*bersambung


Senin, 18 Mei 2015

Dalam keberkahan Mei



MENCARI KEBERKAHAN HIDUP
Menciptakan moment mendebarkan diri sendiri, tak perlu silau dengan perjalanan orang lain. 

Kalimat dari seorang sahabat ajaib itu terus aku baca berulang-ulang dan itu benar makna nya.
Menciptakan momen sendiri, menghargai apa yang menjadi potensi diri, bersyukur dengan setiap detik dalam hidup, dan menghargai setiap keputusan yang kita jalani dalam hidup.

Kalau kata Pak Pres mah, " Kita tidak tercipta dari cetakan kue yang sama, jadi jangan aneh apabila berbeda dari yang lain nya ", kira-kira seperti itu,, maaf kalau ada yang salah hehe.

Dan kitalah bagian dari perbedaan itu, kita dari dulu mempunyai kehidupan yang berbeda dari yang lain.
tapi mudah-mudahan yang berbeda itu menjadi jembatan untuk kebaikan. aamiin.

Mei berkah,
innalillahi wainna ilaihi raajiun,
orang-orang tersayangku banyak yang milad bulan ini.

  • 3 Mei : Ibu Guru Aji
  • 5 Mei : My Autumn, Suamiku tersayang

    • 14 Mei : Kang Egi
       
    • 16 Mei : Pak Pres
       
       Barakallah Fii Umrik
      Semoga Alloh memberikan kesehatan, keberkahan, perlindungan yang luar biasa. Jadi ingin tanggal lahirku ditarik di tanggal 31 Mei, bukan 1 Juni. hehe
      Mohon maaf untuk yang tidak mengucapkan di tanggal nya langsung, kemarin lagi di pangandaran, lagi honeymoon, hehe,, ga buka fb, bbm, hp mati terus, udah pengen diganti mungkin hp nya.


      Mari menciptakan moment mendebarkan diri sendiri, tidak perlu silau dengan perjalanan orang lain ( Kang Egi ).Perjalanan hidup kita, persahabatan kita, cinta kita sangat luar biasa dan tidak seperti orang.



      Eka Trandiani
      Meil


Senin, 04 Mei 2015

Wilujeng Tepang Taun




Wilujeng Tepang Taun My Autumn
Mudah-mudahan Alloh maparinan kasehatan,
ditangtayungan ku Alloh dina sagala rupi,
mikeun kaberkahan istimewa,
sareng
ngajadikeun diri anjeun anu hade tutur, hade sikap, hade rupa.

Saleresna poe ieu umur anjeun ngurangan,jatah hirup anjeun ngurangan.
Mugi-mugi tiasa ngabantun rorodan umur kalawan kebaikan anu seueur.
  Aamiin Ya Alloh Ya Rabbal'alamin


Meil




Selasa, 24 Maret 2015

Syukur terbesarku

Ketika kita memiliki orang tua, kita tidak dapat meminta atau memilih seperti apakah orang tua kita.
Ketika kita memiliki anak, kita tidak dapat meminta atau memilih seperti apakah anak kita.
Tetapi ketika kita memiliki pasangan, kita berhak untuk meminta dan memilih seperti apakah pasangan kita.

Rasa syukur tak terkira untuk kehidupan ini.
Ditakdirkan untuk menjadi anak dari orang tua yang luar biasa.
dan menjadi menantu dari mertua yang tak kalah luar biasa.
Semoga suatu hari nanti ditakdirkan untuk menjadi orang tua dari anak yang luar biasa.

Untukmu pasangan hidupku.
Terimakasih untuk 165 hari yang hebat.
Terimakasih karena tidak meninggalkan hati dan fisik ku dari pertama kita mengucap janji suci hingga hari ini. ( kecuali untuk aktifitas kita diluar ).
Tidak ada malam yang dilalui tanpa dengan mu.
Tidk ada acara yang dikunjungi kecuali bersamamu.
Engkau, syukur terbesarku.

Lihatlah, cinta sudah bersemi indah di musim gugur.
Selamanya....

Tak butuh menjadi apa dan siapa aku dihidupmu, karena bagiku jadi ada ataupun siapa aku bagimu, engkau selalu ada bagiku.
Meil 
Karawang, 25 Maret 2015
165 hari pernikahan