Selasa, 28 Oktober 2014

My Besties ( Ajiku )


Ajiku bilang , ini foto kaya ibu yang sedang mengawasi anaknya bermain. hhehe..
Yah namanya Aji, Siti Aji Pagesti, Ibu Aji, Kaka Aji, Neng Aji.
Tapi Pak Sapari, Bapaknya tetap aja memanggilnya Siti.

Kami bersahabat dekat banget saat SMA, padahal satu esempe dan pernah bahkan satu TPA.


" Never ending story with all memories, always reminded in our heart "

Dia keren abis, dia sahabat paling menyenangkan di dunia (mudah2an sampe akhirat ya).
Dia paling misterius, banyak hal tak terduga, meskipun aku dekat dengan nya.
Dia yang bisa membuatku tersenyum ketika menangis, dan menangis ketika tersenyum.
dan banyak lagi, kalau menceritakan aji bisa-bisa keriting ini jari tangan. hehe.

Lebih dari itu semua,
Aji, dialah yang selalu mengibarkan panji kebenaran.
Anu sok ngelingan.
Aji, yang dengan apapun kondisinya, dia tidak akan berubah.
dia akan tetap berdiri sebagai Aji.

Dia itu,,
Aku mencintai dia, karena aji mendekatkan aku padaNya.

" Life isn't about finding your self. life us creating yourself "
ya , apapun kondisinya, Ajiku tetap berdiri sebagai dirinya sendiri.
Apapun itu.
Kalau hatinya bilang ingin ke Karawang, ya dia pergi saat itu juga.
tidak perduli seberapa orang yang menasihatinya.
dia akan tetap pergi.
Pengalaman mengajarkan terlebih dahulu baru teori....
mungkin itu prinsipnya.

dan ini mungkin yang bisa kuambil dari kehidupan nya.

" Think positively, network well, exercise daily, eat healthy, work hard, stay strong, bulid faith, worry less, read more, be happy, volunteer freely, relax often, love always, live forever....................."

dan

Neng Eka, jangan lupa smile.. :)
Karena senyum itu ibadah dan indah


Seandainya ada perempuan lain selain mama dan adek2ku, yang paling cantik pasti dia Aji.
hanya aji,,,,

Sebagaimana dirimu untuk hidupku,
maka aku belum bisa membalas apapun yang kau lakukan untuk hidup dan kehidupan ku.
totalitas dirimu selalu ada disetiap apapun kondisi ku,
dari pertama aku mengenal mu,
hingga kemarin saat aku akan mengenal dunia baruku sebagai seorang istri.
kau terlibat dalam setiap inch nya.

Terimakasih untuk semua yang telah kau lakukan untukku, sahabatku.
Hanya Dia yang bisa membalas semua nya.
untuk semua pemberian-pemberian dari mu daam bentuk dukungan atau pun barang.
untuk surat 17 halaman dari mu saat utah ke 17 ku.
untuk bahumu yang selau ada untukku bersandar.
untuk genggaman tanganmu yang menguatkan.
untuk motivasi luar biasamu.
dan banyak yang tidak bisa kusebutkan disini.
dan tentunya untuk kado pernikahan terindah,
untuk video yang kau buat sendiri.
Jazakallahu khairan katsir

Aku dan dirimu berbeda,
koleris yang perfectionis dengan seorang sanguins yang plegmatis.
otak kiri dan kanan.
yang membenci hujan dan yang mencintai hujan.
yang menyukai kesunyian dan yang menyukai keramaian.
yang jutek dan yang murah senyum.
dan yang yang yang lain nya.
 " Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah hidup manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia berbeda dengan makhluk lain nya dimata Sang Pencipta. Dan yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinan nya hanya tinggal mereka yang mempercayainya. "
Kita pernah bersama dalam dimensi ruang dan waktu,
bermimpi bersama dan berjuang mewujudkan nya sahabatku.
dan mimpi kita juga untuk bisa dipersahabatkan di surga nya. Aamiin

Concentration Time

President Director Baru,
Peraturan Baru,
Kebijakan baru,

Yups, jreng, jreng, jreng, Presdir JID baru loh...
Yoshikazu Konishi,,,
dengan semua keunikan nya (dibilang unik aja deh biar enak ngerasain nya , hehe)
Pasti ada hikmah dibalik sesuatu, mungkin tidak saat ini tapi nanti.
Mulai dari infrastruktur sampe hal kecil-kecil di rubah...
Office Plant 2 dipindah ke Plant 1 semua,
Kantin Plant 1 dipindah ke Plant 2 semua,
Resepsionis ditiadakan,
Ada Buku Diary yang harus diisi setiap hari nya,
dan satu lagi yang lagi TOP, " Concentration Time "

Apa sih concentration time?
hadeuhhh,
jadi nih dari jam 10.00-12.00 itu, setiap karyawan fokus bekerja sendiri.
tidak ada meeting diantara jam itu, tidak ada yang print fotocopy ( mesin nya dimatikan ),
tidak ada yang mondar mandir menggunakan fax, pergi ke pantry, tidak ada yang mengganggu karyawan lain ketika bekerja.

Lah terus kerjaan ku gimana? wong output nya hasil print ko, bisa sih nanti aja print nya kalau concentration time nya udah selesai, tetapi para pemirsa, alhasil mesin fotocopi penuh dan akhirnya dia mogok deh, kecapean kali dia, paper jam lah, ini lah, itu lah... jadi bikin males..


Tapiiiiiiiiiiiiii,
hikmahnya adalah bisa nulis lagi deh, bisa ngeblog lagi, bisa baca-baca lagi.
soalnya kan kerjaaan dah beres semua,tinggal nunggu print abis istirahat nanti.
aduuuuuuuh ini nih hikmah yang tersembunyi.
Sebenarnya, banyak sisi positif dari kebijakan ini..
Kita disuruh fokus terhadap sesuatu,
Ambil positifnya aja,
kerja aja dikasih dua jam buat fokus terhadap tanggung jawab diri sendiri.
dua jam tidak mengganggu karyawan lain, dua jam menahan diri untuk tidak banyak ke toilet untuk hal yang tidak perlu, dua jam dengan sedikit bicara dan banyak bekerja.
kerja aja gitu, apalagi hidup kita.

Bukan kah ini berarti seharusnya kita juga menyisihkan waktu sesaat untuk hidup kita,
mungkin dua jam untuk beribadah dengan benar kepada Dia, dua jam untuk introspeksi diri,
dua jam untuk bertobat atas dosa-dosa selama 22 jam sisa nya, dua jam penuh dengan senyuman,
dan dua jam lain nya.....

kerja aja bisa menyisihkan waktu, kenapa kita tidak???????



Kamis, 23 Oktober 2014

Peranmu adalah Cinta

Peranmu adalah cinta
 
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja peranmu, ya mainkan saja, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam menengadah mesra bersamanya.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana zulaikha yang sabar menanti Yusuf tambatan hati, atau bagai Adam yang menanti Hawa di sisi.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah dalam catatan takdir manusia.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

Dipost RC Iryanti

Rabu, 22 Oktober 2014

Siapapun dia, suami adalah imam kita...

 Subhanalloh,, kisah yang sangat menyentuh hati...

Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.
Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.
Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.
Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”
Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.
Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.
“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?
Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.
Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.
“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.
Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”
“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”
Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.
“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.
Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.
Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.
Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.
Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.
Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.
Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Senin, 06 Oktober 2014

Bunda ( Umi GOCAO)


Dear Bunda Sinta Mustaqimah
yang kini Insya Alloh sudah berada di sisiNya.


Beberapa tahun lalu ,
Saat aku sakit sampai tidak bisa berbicara.
Saat aku hanya terbaring lemah dirumah orang tua di Garut.
Perlahan aku merasakan ada tangan-tangan lembut yang mengusap rambutku.
Saat aku membuka mata, ternyata ada dua bidadari.
Engkau dan Ajiku................

Engkau mengelus-elus rambutku dengan lembut.
Engkau bilang kepadaku agar bersabar dengan penyakit ini,
karena sebenarnya ini adalah pengguguran dosa-dosa.

Engkau bercerita banyak hal, lalu kau tidur disampingku.

dan berkata.
"Suatu hari nanti kamu akan menikah, aku ingin ada bersamamu sebelum detik-detik menuju hari pernikahanmu. aku akan tidur bersamamu dimalam sebelum pernikahanmu , seperti ini "
Aku mengiyakan, aku terlalu lemah saat itu, hingga tak banyak berbicara padamu.
Saat itu engkau juga bilang bahwa parfume ku wangi, dan engkau mau.
aku bilang nanti akan kubelikan kalau pulang lagi ke Karawang.

Bunda,
Saat itu, sebulan setelah kejadian itu.
Kau bilang, bahwa Engkau sakit.
Engkau dirawat di rumah sakit.
Aku tidak dapat menemanimu disaat sakit seperti itu.
tapi aku berjanji, saat akhir bulan aku pulang, aku akan menengokmu.
Tapi Alloh berkehendak lain Bunda,
hanya sepuluh hari dari hari kau mengabari bahwa dirimu di rumah sakit.
Pagi buta, aku menerima telpon bahwa engkau meninggal.

Aku tidak percaya,
Aku telpon beberapa teman, semua sibuk..
Hingga benar-benar kabar itu pasti,
Engkau telah tiada.
Innalillahi wainnailaihi raajiiun.





Bunda,
mengapa secepat ini kau meninggalkan aku.
meninggalkan keluargamu, meninggalkan sahabat-sahabatmu yang lain.
Engkau ibarat hujan ditengah kekeringan.
Apapun kondisimu, kata-kata bijak melalui lisan dan tulisan mu selalu menentramkan aku.

Senyummu, pelukanmu, nasihatmu.

Itulah mengapa engkau meninggal begitu indah,
teman-teman yang hadir saat pemakamanmu, yang mendengar langsung dari mulut keluargamu bagaimana engkau menyambut kematian mu begitu indah. Semua yang mendengar bergetar bunda, seakan kami ingin meninggal seperti bagaimana caramu.

Ya Alloh Bunda,
Ketika pemakamanmu, yang kudengar dari teman lain nya.
saat seseorang yang turun langsung ke liang lahatmu, untuk membaringkan mu di peristirahatan yang terakhir, seseorang itu menyebut namaku "mana teman nya yang bernama Eka?"...
Itu aku bunda,,,,
aku yang hanya menangis tak henti di karawang.
aku yang mendekap foto mu, 
aku yang memegang parfume yang kau inginkan,
yang rencana nya akan kuserahkan padamu saat pulang ke Garut nanti.
aku hanya bisa menangis,

Bunda, secepat inikah kau meninggalkan ku?
Mengapa orang shaleh selalu Alloh ambil lebih cepat.

Bunda, tak ada lagi nasihat-nasihat dari mu.
Tak ada lagi senyum mu , usapan mu.

Aku belum sempat meminta maaf padamu,
Aku terlalu banyak mengeluh padamu,
Aku terlalu banyak menyusahkan mu.

Bunda,
seminggu setelah kepergianmu, engkau mendatangiku lewat mimpi.
Kau datang dengan wajah berseri.
Dan bilang padaku bahwa engkau telah bahagia disana.
engkau kecup keningku dan bilang, insya alloh akan ada kemuliaan untukku. aku tak faham apa maksudmu. 
Tetapi itu cukup untuk menjadi penawar rindu padamu.

Bunda,
dua hari lagi insya alloh aku menikah.
Aku masih membayangkan malam sebelum hari pernikahanku salah satunya akan kuhabiskan bersamamu, seperti pintamu.
Tetapi sekarang, engkau telah tenang disisinya.
Tapi aku yakin, engkau akan menemaniku.
Seperti inginmu.

kau selalu berkata 
" Barang siapa yang mencintai karena Alloh, menyayangi karena Alloh,
maka suatu hari akan dikumpulkan dalam keadaan yang lebih baik. Insya Alloh "


Bunda,
Maka seperti itu pengharapanku.
Semoga kita bisa berkumpul dalam keadaan yang lebih baik.
Aamiin.



saat 3 tahun, 8 bulan, 6 hari tepat kau meninggalkan kami.


Aku yang merindukanmu,

Eka Trandiani

Kamis, 02 Oktober 2014

Menangis Dalam Hujan (Karena kau tidak pernah kehilangan aku)

Kau tidak akan pernah mengerti rasanya kehilangan, sampai saat seseorang meninggalkanmu.
Kau tidak akan pernah mengerti rasanya sakit, sampai saat suatu ketika engkau jatuh.

Mengeja cinta dalam hujan.
dalam hari-yang panjang aku menunggumu.
Hujan itu, tetap sama turun dari langitNya.
tergopoh aku lari berusaha untuk menghindari hujan.
seperti hatiku tertatih-tatih saat berusaha tidak mengingatmu.

Itu, beberapa waktu lalu.
ketika engkau meninggalkan aku sendiri tanpa apa-apa.
mungkin karena aku terlalu mencintaimu,
juga mungkin sampai sekarang.

Karena kutahu saat kehilanganmu,
adalah salah satu saat paling buruk dalam hidupku.
menyeka setiap bulir air mata,
sekian lama nya,
terkadang sudah tidak bisa membedakan antara air mata tangisan dan lain nya.

Bodohnya aku masih saja setia menunggumu.
meski kutahu tidak pernah ada penyesalan.
karena kutau dirimu harus kuperjuangkan.
Tidak di mata aku melihatmu,
cintaku kepadamu tidak berasal dimata,
seharusnya engkau tahu itu.

Malam-malam panjang dengan kegelisahan berharap ada penjelasan untuk semua ini.
Aku butuh satu jawaban saja untuk seribu pertanyaan yang menyesak didada ini.
hanya satu pertanyaan yang akan kuajukan meski sebenarnya itu tak cukup untuk menutupi semua kegelisahan ini.

Apakah aku masih ada di hatimu?
Katakan iya atau tidak , biar aku berhenti bertanya dan berhenti menjawab.
dan tentu aku berhenti berharap.





Lalu akhirnya aku melepasmu dengan langkah kaki  kepastian.
Beginilah cinta kuramu dalam doa,
ketika hati menyapa ruang hampa dan mencari sandaran nya.

Ya harus diterima , karena ini memang seharusnya.

Lalu Dia menjawab semua doa dan mengganti semua airmata dengan kebahagiaan tak terkira.
Saat ini,
Tidak ada jawaban yang tepat ternyata.
karena langkah kakiku  selalu merindu pulang menuju dirimu.

Karena ini semua mungkin yang menyebabkan rasa cemburu ku berlebih pada mu,
rasa ingin tahu tentang apapun dalam hidupmu lebih besar aku rasakan, tidak sepertimu.

Kau tidak pernah kehilanganku, sebagaimana aku kehilangan mu.
atau mungkin karena engkau baik-baik saja jika aku tinggalkan.
Tapi aku tidak perduli.
karena aku mencintaimu tanpa tanda tanya.




Rabu, 01 Oktober 2014

Karena Mereka adalah CINTA

JID, 1 Oktober 2014.




Mama...........
Bukan kah syurga itu ada di telapak kakimu?
Cinta itu bukan kah ada di ridha mu?
Melanglangbuana disetiap inch tubuhmu.
Ada di setiap aliran darahmu.
Padamu yang tak pernah lelah.
Mewujudkan cinta dalam bentuk apapun.


Aku adalah bagian dari kesibukanmu.
maafkan aku, anakmu.
Yang hanya memberikan tak seberapa tawa di senyum indahmu,
tetapi banyak sekali meneteskan air mata dari kedua mata tulusmu.

Ini aku yang ingin nya mewujud seperti dirimu Mama.
Secepat ini, diusiaku 23 tahun.
aku ingin terlahir untuk kedua kalinya.
Pertama, kelahiranku dari rahim mu dan aku menjadi putrimu.
dan kedua kelahiranku yang kedua ketika aku menikah dan menjadi seorang istri,
sebagaimana posisimu sekarang.

Bulan ini, engkau pilih sendiri untuk kelahiranku yang kedua.
aku ikut mau mu karena kutahu RidhaNya ada di Ridha mu mama.
Semua hal engkau persiapkan untukku,
sekali lagi aku mengikutimu.
Karena engkau adalah mamaku.
yang ketika kau melihat mataku aku tahu engkau selalu tahu apa yang kumau.

Mama,
Saat diskusi kita di malam-malam itu.
tentang perempuan, tentang pernikahan, tentang kewajiban.
Engkau membekali aku banyak hal.
Betapa bersyukurnya aku memilikimu.
sepanjang kehidupanku engkau Guru terbaik, Dokter paling hebat,
Designer paling keren, Koki paling pintar,
Engkau Pahlawanku.....
Ketika disampingmu terkadang aku tidak butuh yang lain..


Bapak........
Satu-satunya lelaki yang tidak pernah memarahiku adalah engkau.
Tapi matamu selalu menunjukkan ketegasan.
Aku mewarisi banyak hal darimu.

Dia mengirimkan mu untuk ku sebagai satu keajaiban.
Lewat bahu, tangan, kaki dan apa yang engkau punya untuk melindungiku.
bermanja aku dalam pelukanmu , kapan pun itu.
Aku yang lebih banyak melihat kekecewaan dimatamu,
dibandingkan kebanggaan karena sikap ku,
aku belum menjadi apa yang kau inginkan.

Tak kan pernah kulupa,
persembunyian paling aman adalah dekapanmu,
suapan paling romantis adalah dari tangan mu,
tanpa kata-kata banyak engkau mengajarkan aku banyak hal.


Mama , Bapa,
Tak pantas sebenarnya aku secepat ini meminta ridha dari kalian.
untuk kehidupanku yang baru.
Tak pantas, karena aku belum menjadi siapa-siapa buat kalian.
Mencintai kalian adalah hal terindah yang pernah kulakukan.

Untuk semua cinta, untuk semua sayang.....
Tak ada yang bisa menggantikan.
Aku mencintai kalian....


Memohon ridha untuk bisa menjadi kalian,
yang selalu saling berpegangan tangan,
yang cinta nya tak berhenti di usia,
yang kasihnya tak sekedar diucap.